Jumat, 30 April 2010

mommy i love you



Rabu, 28 April 2010

mie wawa

postingan pindah ke Pawone Dibbie ya? ^_^

Senin, 26 April 2010

..his words..

Dykta sekarang 17 bulan 18hari. Alhamdulillah, sudah bisa jalan, sedikit lari-lari, jalan gaya buto ijo (hehehe), maen lempar bola, berdiri-jongkok-berdiri udah balance, kadang suka jalan mundur gak jelas (maksudnya apa gak tau deh...). untuk kata-kata emang suka ngoceh tapi hanya beberapa yang agak jelas kayak nen,roti, mam, agi (lagi), aiii (air), obil (mobil) kalo gak ya ngengngeenng, iya iyaaa (kalo dia pengen sesuatu), ndak ndaaaakk (yang ini ekstra teriak lebih kenceng karena gak mau hehehe). selebihnya masih gak jelas. ada sih beberapa yang mewakili benda tertentu tapi gak ada nyeremfed blaass...kayak ayam = wawa, ikan = ida, mimik = mak/nak...yang laen apa ya? kayaknya yang masih jelas terdengar cuman itu aja. selebihnya bubbling deh...

Jumat, 23 April 2010

..betapa susahnya..

lagi-lagi saya mengeluhkan hal yang sama hari ini...
teman saya, anaknya baru berumur 8,5 bulan mengalami konstipasi dan yang dilakukan memberikan obat golongan biru (terbatas dan keras tapi memang masih dijual bebas) berupa sirup untuk mengatasi sembelitnya itu.

padahal, penyebab konstipasi adalah pola makan yang kurang benar dan juga terkadang kurang gerak (makanya ibu-ibu hamil cenderung mengalami sembelit/konstipasi). perbaikan pola makan dan rajin bergerak (atau olah raga untuk orang dewasa) bisa menghilangkan konstipasi. menghindari makanan penyebab si sembelit ini terutama. seperti terlalu banyak karbohidrat dan buah-buahan (ex. pisang dan apel).

tetapi ya itu tadi deh...saya dulu memang selalu percaya apa yang dokter bilang, apa yang dokter resepkan. tapi setelah saya mau belajar dan berusaha untuk mencari tahu apa sih sebenarnya kejadian yang saya alami, mulai mengubah pola pikir saya dalam mengurus anak terutama. gilak deh, baru umur segitu dah dicekokin macem-macem apa gak kesian kan? :((

dikit-dikit dokter, dikir-dikit obat ... tanpa mikir panjang akibatnya apa (saya nih, akibat dan korban antibiotik huhuhu)

ah sudahlah ... ternyata memang menyebarkan arti RUM (Rational Use of Medicine) itu memang gak mudah ...

semangat bunda!!

Kamis, 22 April 2010

Apa sih PE*****RE?

copas dr
http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=712.0
dari milis nakita

Dr. Wati Wrote :

PED***URE
terus terang .. saat membaca email perihal pediasure ... saya deg2 an hehehe ... berdoa .. pasti ... pasti ada SP yg akan menanggapi ...
Alhamdulillah ... Yuli (Pudji) sudah merespons Adalah hak kalian untuk menentukan .. tetapi .. teliti ketika membeli ...
itu pepatah kuno yg tidak lekang dengan waktu ...
Pediasure adalah makanan cair ... untuk anak sakit berat ...
Di lain pihak dalam kesehatan ... tidak ada jalan pintas ...makan ya makan .. dalam
bentuk sefisiologis mungkin (itu istilah medisnya) atau se natural mungkin (itu istilah awam nya)

makan harus ada serat ... ada phytikimia nya ... makan adalah exdperience and entertainment... bukan sekedar agar anak gemuk ...

Pemberian makan cair hanya untuk anak sehabis operasi pemotongan usus dan
kasus gawat lainnya ... pemberian makan cair untuk jangka panjang tentunya akan mempengaruhi konerja sal pencernaan kita .. antara lain ... rahang menjadi kecil... letak gigi menjadi tidak beraturan

Akhirnya ... ketika kita/kalian kecil dahulu ... pasti pernah gak mau makan ... apakah kalian diberi pediasure? Beruntung nya generasi terdahulu tidak terlalu menjadi bulan2an iklan....
===========================
> Hanni Wrote :
>
> Di situsnya a***tt (produsennya PED***URE) jelas lho disebut bahwa
> Pediasure adalah Therapeutic Nutrient, atau Nutrisi untuk Pengobatan,
> ditujukan untuk anak-anak yang sakit berat & operasi besar sehingga
> kesulitan mencerna. Dengan demikian, mengkonsumsi pediasure (dan nutren &
> sejenisnya) berarti tidak menggunakan alat2 pencernaan dengan sempurna &
> maksimal. Dan jangan lupa.. pencernaan dimulai dari di mulut.. karena
> sewaktu mengunyah, kita menghasilkan enzim-enzim juga yang berperan
> membantu lambung nantinya untuk mengolah makanan. Ini ternyata penting lho
>
> teman-teman.. karena banyak masalah pencernaan yang muncul (mungkin tidak
> sekarang, tp di hari depan anak2 kita) yg disebabkan rantai pencernaan ini
>
> tidak berfungsi akibat keseringan kita by-pass (dari mulut -glek langsung
> ke lambung.. tidak lewat proses dikunyah)
>
> Satu hal lagi yg merupakan pengalaman nyataku, sebagai orangtua dari
> seorang anak yg mengalami keterlambatan bicara. Beberapa dokter yang kami
> datangi waktu memeriksakan anakku itu bertanya "Umur berapa mulai makanan
> padat?" dan "Bagaimana pola makannya".. Dulu aku pikir, ah.. apa pula
> hubungannya makan dengan bicara !#$$%^!! Tapiii ternyata dengan makan
> makanan padat, organ bicara kita, khususnya otot-otot oromotor kita
> berlatih, dan ini sangat membantu membentuk kemampuan bicara anak. Menurut
>
> dsa-ku, sudah
> dibuktikan melalui penelitian bahwa semakin lama anak makan-makanan yang
> lunak (apalagi cair!) dan jarang menggunakan mulutnya untuk mengunyah yang
>
> padat, peluang terjadinya kesulitan bicara juga semakin besar.
>
> Begitulah kebesaran Tuhan.. menciptakan semua organ tubuh saling berkait,
> yang satu membantu mempersiapkan fungsi dan kemampuan organ
> lain...mudah-mudahan kita bisa menjaga amanah yang luar biasa itu,
> sebaik-baiknya..Aamiin!
>
> /hanni
> ==============
> Dr. Wati wrote
> CICI - v
> Aduh kenapa adit dikasih pediasure
> Saya banyak berdiskusi dg DRG karena mereka akan memberikan seminar
> tentang kesehatan gigi pada anak dan saya diminta bicara dari aspek dokter
>
> anak Salah satu yg jadi issue adalah PEMBERIAN FLUOR SUPPLEMENT KARENA
> EFEK SAMPINGNYA
> Kedua, pola makan yg salah misalnya minum susu botol mau tidur; makanan di
>
> blender saring sampai di atas usia 9 bulan. lalu makan makanan kayak
> PED***URE!!!
>
> Anak yg tidak belajar mengunyah rahangnya tidak tumbuh, gusinya tidak
> sehat
> Kedua, PED***URE untuk anak oper asi usus misalnya, baru sambung usus, nah
>
> gak bisa dikasih makanan biasa, kasih deh makanan cair.
> Ketiga, pediasure tdk memberikan serat, tdk memberikan phytochemicals
> suatu zat yg berguna untuk mencegah kanker, diabetes,
> dan penyakit jantung.
> Mulai deh makan biasa aja, biar aja sedikit asal sering
>
> =============================
> Yulli wrote:
>
> Pediasure tdk lebih unggul dari susu biasa. PED***URE adalah makanan cair
> jadi seberulnya dibuat untuk anak2 sakit berat yg tdk bisa makan makanan
> padat. Adalah kesalah kaprahan - memberikan pediasure pada anak yg tdk mau
>
> makan. Makan itu bagian dari pendidikan, eksperimen, pengalaman,
> adventure. makan cair hanya kalau anak kita sakit berat, pasca operasi
> usus. Dia lebih mahal kreena packingnya kaleng, gulanya bukan lactosa tapi
>
> sukrosa, lemaknya lemak khusus biuat anak sakit berat. Jadi, gak perlu
> pakai PED***URE, apalagi rasanya manis sekali makan harus fisiologis 0
> artinya yg normal2 saja.

sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=387715736901&id=1238548195

Rabu, 21 April 2010

Dalam Kelam Aku Berkisah (DAKAB)

pindah ke My Short Stories Blog ya...selamad membaca :D

Cerita Lagi Soal Susu (formula)

sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=385130193724&id=1479905269&ref=mf

entah untuk yang keberapa kalinya dengar soal efek negatifnya susu formula
berawal dari kisah yang di alami aku sendiri *sori ngulang kisah lama*
selama kakak mengkonsumsi susu formula banyak banget efek negatifnya
dari obesitas,yang membuat dia malas bergerak,penyakit yang rajin berkunjung tiap minggu
dan yang paling parah.....radang tenggorokan yang rajin mampir hampir tiap minggu
setidaknya 3x dalam sebulan selalu menyambangi
pantang makanan manis,dingin,dan gorengan
walau makanan manis alami seperti buah saja membuat tenggorokan merah dan meradang
asupan buah yang seharusnya bisa memberi tambahan nutrisi kepada kakak tidak bisa di berikan karena kasus radang tadi
amandel membesar
di usia 3 tahun dsa minta amandel di angkat...
tapi masih bertahan dan mencari tau penyebabnya dan berusaha menghilangkan kasus tadi tanpa bantuan obat dan operasi

entah pikiran dari mana
dan kebetulan bujukan banyak pihak
akhirnya aku memutuskan menghentikan susu formula kakak
awal berat bagi kakak,dan ayah
masih belum sepenuhnya ayah percaya
benarkan tanpa susu anak bisa tumbuh kembang dengan baik?
dengan keyakinan penuh..aku mantap menghentikan pemberian susu formula

ternyata tindakanku tepat
obesitas menurun
radang berhenti berkunjung
amandel tidak sebesar biasanya
coklat,gorengan,es krim,nanas,semangka dll bisa di konsumsi kembali oleh kakak
semenjak stop susu formula
pola makan kakak lebih sempurna
buah sayur dan ikan di lahap tanpa banyak alasan
setelah free susu formula 2 tahun ini...ga ada masalah sedikitpun dengan tumbuh kembang si kakak

beberapa waktu lalu....seorang teman selalu curhat
anaknya terkena alergi entah alergi apa
di usia 5 tahun ini,si anak akhirnya di berikan susu soya karena di deteksi menderita alergi susu sapi *bling..bling..*
setelah beberapa lama,reaksi alergi tetap terjadi
pengobatan demi pengobatan di jalani
akhirnya menemukan seorang dokter ahli di daerah tebet *ga usah nanya sebelah mana,ga tau pastinya* akhirnya si anak di deteksi ALERGI TERHADAP KANDUNGAN SUSU FORMULA,BUKAN PADA SUSU SAPINYA. ALERGI TERHADAP KANDUNGAN AA,DHA,EPA DLL
apa reaksi teman saya? si orang tua bocah?
tetap memberikan susu formula kepada si anak sembari mengobatkan anak pada dokter ahli tadi
saat saya kasih pendapat,"kenapa sis ga stop aja susu formulanya,udah gede ini. kan bisa tu anak hidup sehat,ga perlu obat juga"
reaksi si orang tua marah. padahal pendapat saya di amini oleh beberapa teman...di dukung karena merasa kasian dengan si anak
si ortu tetep berpegangan susu adalah sumber gizi terbaik untuk anaknya
hubungan saya dan diapun merengang dan putus sama sekali karena komentar tadi
duuuuuhhhh........

2-3 hari kemarin seorang teman bercerita lagi
"ka...abang (panggilan kesayangan untuk anaknya) masuk rumah sakit lagi"
"kenapa"
"efek dari kasus keracunan susu formula dulu"
bujubuneenggggg!!!!!

kisah ini di awali karena kekurang tahuan si ibu tentang bahaya susu formula *sama denganku*
setelah selesai cuti kantor,si bayi di sambung susu formula dan asi berhenti di usia 5 bulan
setelah itu....napsu susu formula *napsu apa nyandu ya?* abang meningkat
di usia batita susu formula 800gr habis dalam hitungan 2-3 hari
sampai pada saat usia sekitar 18 bulanan..si anak mulai susah makan
dan pada suatu hari muntah,diare dan panas tinggi...
setelah di bawa ke dsa dan rumkit di minta opname dengan diagnosa.
KERACUNAN KANDUNGAN SUSU FORMULA
bukan masalah merk tapi kandungan yang ada di dalamnya

efek dari keracunan tadi berimbas sampai sekarang (usia abang sekarang 3 tahunan).
Dikarenakan bakteri baik yang terkandung di dalam pencernaan mulai melemah.
Belum lama ini si abang masuk rumah sakit lagi juga karena ini.
Si papa yang bekerja di luar kota,saat cuti panjang mengajak jalan2 keluarga, akibatnya banyak makan di luar.
Dari makan di luar inilah ada bakteri yang masuk tidak dapat di tangkal lagi oleh pencernaan abang karena sistem imun yang melemah. Dokter bilang ini karena kandungan susu formula yg pernah di konsumsi abang yang 'meracuni' saluran pencernaannya sehinnga rentan sekali terhadap bakteri jahat yang masuk.
Selain itu kulit abang juga gampang meradang *dermatitis atopik,kulitnya itu gampang banget gatel2 dan meradang*. Setelah diperiksa lebih lanjut, itu ternyata karena kasein dari susu sapi yang terkandung di dalam susu formula

penyesalan ini selalu datang belakangan
setelah pola makan di perbaiki dan say no to sufor...efeknya masih terasa sampai kini

akankah kita tetap berpendapat susu formula adalah gizi yang baik untuk anak2 kita??

http://mamaarsa.multiply.com/journal/item/27/Keracunan_Susu_
http://mamaarsa.multiply.com/journal/item/26/Seminggu_ini

Selamat Hari Kartini

Kartini was born into an aristocratic Javanese family in a time when Java was still part of the Dutch colony, the Dutch East Indies. Kartini's father, Raden Mas Sosroningrat, became Regency Chief of Jepara, and her mother was Raden Mas' first wife, but not the most important one. At this time, polygamy was a common practice among the nobility.

Kartini's father, R. M. A. A. Sosroningrat, was originally the district chief of Mayong. Her mother was M. A. Ngasirah, the daughter of Kyai Haji Madirono, a teacher of religion in Teluwakur, Jepara, and Nyai Haji Siti Aminah. At that time, colonial regulations specified that a Regency Chief must marry a member of the nobility and because M. A. Ngasirah was not of sufficiently high nobility[2], her father married a second time to Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), a direct descendant of the Raja of Madura. After this second marriage, Kartini's father was elevated to Regency Chief of Jepara, replacing his second wife's own father, R. A. A. Tjitrowikromo.

Kartini was the fifth child and second eldest daughter in a family of eleven, including half siblings. She was born into a family with a strong intellectual tradition. Her grandfather, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, became a Regency Chief at the age of 25 while Kartini's older brother Sosrokartono was an accomplished linguist.

Kartini's family allowed her to attend school until she was 12 years old. Here, among other subjects, she learnt to speak fluent Dutch, an unusual accomplishment for Javanese women at the time[3]. After she turned 12 she was 'secluded' at home, a common practice among Javanese nobility, to prepare young girls for their marriage. During seclusion girls were was not allowed to leave their parents' house until they were married, at which point authority over them was transferred to their husbands. Kartini's father was more lenient than some during his daughter's seclusion, giving her such privileges as embroidery lessons and occasional appearances in public for special events.

During her seclusion, Kartini continued to educate herself on her own. Because Kartini could speak Dutch, she acquired several Dutch pen friends. One of them, a girl by the name of Rosa Abendanon, became her very close friend. Books, newspapers and European magazines fed Kartini's interest in European feminist thinking, and fostered the desire to improve the conditions of indigenous women, who at that time had a very low social status.

Kartini's omnivorous reading included the Semarang newspaper De locomotief, edited by Pieter Brooshooft, as well as leestrommel, a set of magazines circulated by bookshops to subscribers. She also read cultural and scientific magazines as well as the Dutch women's magazine De Hollandsche Lelie, to which she began to send contributions which were published. From her letters, it was clear that Kartini read everything with a great deal of attention and thoughtfulness. The books she had read before she was 20 included Max Havelaar and Love Letters by Multatuli. She also read De Stille Kracht (The Hidden Force) by Louis Couperus, the works of Frederik van Eeden, Augusta de Witt, the Romantic-Feminist author Mrs. Goekoop de-Jong Van Beek and an anti-war novel by Berta von Suttner, Die Waffen Nieder! (Lay Down Your Arms!). All were in Dutch.

Kartini's concerns were not just in the area of the emancipation of women, but also the problems of her society. Kartini saw that the struggle for women to obtain their freedom, autonomy and legal equality was just part of a wider movement.

Kartini with Joyodiningrat

Kartini's parents arranged her marriage to Raden Adipati Joyodiningrat, the Regency Chief of Rembang, who already had three wives. She was married on the 12 November 1903. This was against Kartini's wishes, but she acquiesced to appease her ailing father. Her husband understood Kartini's aims and allowed her to establish a school for women in the east porch of the Rembang Regency Office complex. Kartini's only son was born on September 13, 1904. A few days later on September 17, 1904, Kartini died at the age of 25. She was buried in Bulu Village, Rembang.

Inspired by Kartini's example, the Van Deventer family established the Kartini Foundation which built schools for women, 'Kartini's Schools' in Semarang in 1912, followed by other women's schools in Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon and other areas.

Commemoration of Kartini Day in 1953

In 1964, President Sukarno declared Kartini's birth date, 21 April, as 'Kartini Day' - an Indonesian National Holiday. This decision has been criticised. It has been proposed that Kartini's Day should be celebrated in conjunction with Indonesian Mothers Day, on 22 December so that the choice of Kartini as a national heroine would not overshadow other women who, unlike Kartini, took up arms to oppose the colonisers.

In contrast, those who recognise the significance of Kartini argue that not only was she a feminist who elevated the status of women in Indonesia, she was also a nationalist figure, with new ideas who struggled on behalf of her people, including her in the national struggle for independence.

sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Kartini



Surat-surat Kartini :

  • Jika saja masih anak-anak ketika kata-kata "Emansipasi" belum ada bunyinya, belum berarti lagi bagi pendengaran saya, karangan dan kitab-kitab tentang kebangunan kaum putri masih jauh dari angan-angan saja, tetapi dikala itu telah hidup didalam hati sanubarai saya satu keinginan yang kian lama kian kuat, ialah keinginan akan bebas, merdeka, berdiri sendiri. (Suratnya kepada Nona Zeehandelaar, 25 Mei 1899)
  • Bagi saja ada dua macam bangsawan, ialah bangsawan fikiran dan bangsawan budi. Tidaklah yang lebih gila dan bodoh menurut pendapat saya dari pada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. (Suratnya kepada Nona Zeehander, 18 Agustus 1899)
  • Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih suka dari pada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula. (Suratnya kepada Nyonya Abendadon, 12 Desember 1902)
  • Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa behagia baginya (Suratnya kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)
  • Sesungguhnya adat sopan-santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh berkamu dan berengkau kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dalam bahasa kromo inggil (bahasa Jawa tingkat tinggi). Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah. Berdiri bulu kuduk bila kita berada dalam lingkungan keluarga bumiputera yang ningrat. Bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus perlahan-lahan, sehingga orang yang di dekatnya sajalah yang dapat mendengar. Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut "kuda liar". (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899)
  • Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang, yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal soleh, orang yang bergelar Graaf atau Baron? Tidak dapat mengerti oleh pikiranku yang picik ini. (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899)
  • Peduli apa aku dengan segala tata cara itu ... Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu ... Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan. (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899)
  • Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik; orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang Eropa. (Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899)
  • Bolehlah, negeri Belanda merasa berbahagia, memiliki tenaga-tenaga ahli, yang amat bersungguh mencurahkan seluruh akal dan pikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran remaja-remaja Belanda. Dalam hal ini anak-anak Belanda lebih beruntung dari pada anak-anak Jawa, yang telah memilki buku selain buku pelajaran sekolah. (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902)
  • Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih. (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900)
sumber : http://id.wikiquote.org/wiki/Kartini

Selasa, 20 April 2010

Seminar Parenting : Emotion Management & School Readiness

Anak adalah anugerah terindah dalam hidup kita sebagai orang tua dan juga merupakan titipan dari Tuhan yang sudah sepatutnya kita jaga dengan baik. Bagaikan kertas putih, mereka lahir ke dunia tanpa suatu kemampuan apa-apa. Karena itu setiap "coretan" kita, para orang tua, di kehidupannya sangatlah menentukan pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik maupun psikologi. Dan kita pun sangat menginginkan anak kita sehat di kedua sisi tersebut.

Kami mengajak Anda, para orang tua, untuk lebih menyadari betapa emosi dan cara didik Anda turut mempengaruhi perjalanan pertumbuhan serta pembentukan karakter emosi mereka kelak, yang akan juga mempengaruhi kesiapan mereka untuk berpendidikan/sekolah dan cara mereka bersosialisasi.

Acara akan dilaksanakan:
Hari/Tanggal : Minggu/23 Mei 2010
Jam : 10.00 - 14.00 BBWI
(peserta diharapkan siap di lokasi setengah jam sebelum acara dimulai)
Lokasi : Handayani Garden - Jl. Raya Prapen 35 Surabaya

Pembicara : Aulia Widya Esti, lulusan UNAIR Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Anthropology, Diploma in Preschool/Kindergarten Montessori Education North America Montessori Center (NAMC) Montreal, Canada. Montessori Teacher di Surabaya European School (2004 - sekarang)

Topik yang akan dibahas :
• Memahami pola dasar pendidikan anak
• Pemahaman tentang pentingnya pendidikan anak usia dini.
• School readiness (kapan waktu yang tempat menyekolahkan anak, bagaimana memilih sekolah yang tepat)
• Compassionate Parenting
• Menciptakan iklim perdamaian di rumah
• Discipline management (‘No’ strategies).
• Bagaimana mengahadapi tantrum dan cara menghindarinya.
• Activitiy ideas for parents and children to do at home to reinforce their lerning interest termasuk making your own play dough!)

HTM : Rp 85.000,00 (termasuk lunch, goodie bag dan seminar kit)

Panitia akan menghubungi peserta untuk informasi no rekening untuk mentransfer HTM.

Pendaftaran di : dibbie@x4c.org dengan subject email : Pendaftaran Parenting Surabaya Mei 2010

Tolong cantumkan:
1. Nama Peserta :
2. No HP:
3. Email :
4. Jumlah Anak :
5. Tanggal Lahir Anak/Usia:
6. Pekerjaan :


Salam,

X4C - XTra for Child

memulai...

dulu, sewaktu belum berbuntut (halah!) saya lumayan rajin untuk menulis - walau hanya sekedar memosting kejadian tidak penting - di blog. sebenernya sih sejak bekerja di kantor full time jadi gak begitu sempet. dan apa yang di kepala rasanya juga gak keluar. makin ke sini kok makin "cupet" hehehe. apalagi yang namanya membaca ... ugh... membuka lembaran kertas bagaikan tertahan puluhan kilo batu tangan saya untuk membaliknya hehehe...

tapiii sekarang, saya pengen mulai menulis lagi (entah itu hanya sebaris kalimat yang mungkin gak perlu) dan saya ingin kegiatan buka membuka lembaran kata perkata yang terangkai jadi cerita dalam kumpulan kalimat menjadi novel kembali saya lakukan. terkadang yang bikin mengalahkan budget buat buku anak hehehe (alesan dot com deh ah!)

hari ini, terus terang saya mati ide dengan kerjaan saya. yang di otak hanya pengen liburan, liburan, liburan ... huhuhu! i need to go out of town - i think ...